Wednesday, 15 July 2009

sejarah gitar klasik

Bonny Dwifriansyah

Alkisah, Hermes mengambil sapi-sapi milik Apollo. Dalam perjalanan pulang, Hermes melihat seekor penyu. Ia pun mengulitinya lalu mengambil tempurungnya. Pada tempurung itu diberi lubang dan ditancapkan sepotong kayu. Bagian rongga penyu itu ditutupi dengan kulit sapi. Lalu, ia mengikatkan usus sapi dari ujung potongan kayu ke ujung tempurung. Hermes pun memainkan instrumen ciptaannya itu sambil menyanyikan lagu tentang kebaikan, kepintaran, dan kemurahan hati Apollo. Apollo yang semula ingin menuntut Hermes pun menjadi luluh dan mengampuni Hermes. Mereka membuat perjanjian: Hermes boleh memiliki sapi-sapi itu asalkan alat musik buatan Hermes tadi menjadi milik Apollo. Mungkin seperti itulah dongeng tentang asal-usul alat musik petik yang pernah hidup di zaman Yunani kuno dulu.

Dari Babilonia hingga Spanyol

Menurut para ahli sejarah, gitar pertama kali ada di wilayah Timur Dekat. Sisa-sisa bangkai gitar paling tua ditemukan di antara puing-puing di Babilonia. Dan artefak gitar yang paling relevan adalah gitar yang dibuat pada 1900-1800 SM. Dari masa itu hingga tahun 1650, gitar mengalami evolusi yang sangat rumit dan beraneka ragam. Begitu banyak jenisnya, dan masing-masing memiliki nama yang berbeda.

Kata “gitar” atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulanya diambil dari nama alat musik petik kuno di wilayah Persia kira-kira pada tahun 1500 SM yang dikenal sebagai citar atau sehtar. Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai macam model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Lalu, pada tahun 300 SM, tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad kemudian oleh bangsa Romawi. Pada tahun 476 M, alat musik ini dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol dan bertransformasi menjadi 2 macam gitar, yakni guitarra Morisca yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan guitarra Latina untuk memainkan akor.


Tiga abad kemudian, bangsa Arab membawa semacam gitar gambus dengan sebutan al ud ke Spanyol. Berdasarkan konstruksi al ud Arab dan kedua model gitar dari Romawi tadi, bangsa Spanyol kemudian membuat alat musiknya sendiri yang disebut vihuela. Lama-kelamaan, vihuela menjadi populer di Spanyol, sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit ditinggalkan.


Meski demikian al ud dibawa orang ke negara-negara Eropa Barat dan menyaingi popularitas vihuela di Spanyol. Di Eropa, al ud disambut dengan baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa hingga kira-kira akhir abad ke-17. Sementara itu, vihuela berkembang terus menjadi berbagai macam gitar selama berabad-abad hingga akhirnya menjadi gitar klasik yang digunakan pada saat ini. Mungkin itulah alasan mengapa beberapa kalangan sejarah menganggap gitar berasal dari Spanyol.


Bentuk Gitar Klasik


Tubuh gitar klasik terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, leher dan badan. Pada bagian kepala terdapat mesin penala dawai. Dawai gitar yang berjumlah enam utas masing-masing diikatkan pada enam buah pasak yang merupakan bagian dari mesin penala. Bagian leher terdapat di antara kepala dan badan. Bagian muka leher yang masuk hingga kira-kira seperempat papan muka dari badan gitar, merupakan papan jari yang memiliki 19 pembatas dari logam yang dikenal dengan sebutan fret. Fungsinya adalah untuk memproduksi tingkat ketinggian nada yang berbeda dengan jalan menempatkan jari-jari pada ruang di antara logam-logam fret.


Bagian badan gitar berfungsi sebagai tabung resonator untuk memperbesar bunyi yang dihasilkan oleh getaran dawai. Papan muka pada badan gitar yang bahan kayunya lebih tipis dibanding papan belakang dan samping, disebut juga sebagai papan suara. Pada papan suara terdapat lubang suara untuk mengeluarkan hasil produksi bunyi. Pada dasarnya bunyi gitar dihasilkan oleh getaran dawai-dawai yang terentang di antara batang penyanggah dawai yang merupakan pembatas antara kepala dan leher (disebut nut) dengan gading pembatas (disebut bridge) pada pangkal pengikat dawai di atas papan suara (disebut base).


Dasar-dasar Memainkan Gitar


Teknik umum yang digunakan dalam membawakan gitar klasik meliputi cara memegang dan cara memainkan. Gitar dipegang dengan pertolongan footstool, yaitu alat penyanggah kaki yang tingkat ketinggiannya dapat diatur. Dalam keadaan duduk di atas kursi tanpa lengan, kaki kiri menginjak footstool sementara gitar diletakkan di atas paha kiri. Dalam posisi ini, di samping bagian atas paha kiri, ada tiga tempat lain pada tubuh pemain yang menahan kemantapan posisi gitar, yakni bagian dada, titik tumpuan lengan kanan di antara pergelangan dan sikut, serta bagian dalam paha kanan.


Dalam kurun waktu sekitar lima tahun terakhir telah diproduksi berbagai alat lain sebagai alternatif dari footstool seperti misalnya guitar rest oleh Wolf Orchestral Accessories, dan A Frame™ oleh Sageworks--keduanya buatan Amerika. Dengan peralatan baru semacam itu, kaki kiri dapat tetap menginjak lantai sehingga pemain merasa lebih rileks dan berkonsentrasi terhadap musik yang sedang dibawakan.


Dawai-dawai gitar dipetik oleh jari-jari tangan kanan dengan dua cara. Yang pertama disebut apoyando (diambil dari bahasa Spanyol) yang dilakukan dengan petikan jari yang gerakannya berhenti ketika menyentuh dawai berikutnya di atas dawai yang sedang dipetik. Teknik ini akan memproduksi sebuah nada tunggal yang berat atau mantap sehingga penggunaannya yang lebih tepat untuk membawakan melodi.


Teknik yang kedua disebut al ayre yang diterapkan dengan cara menghindari dawai berikutnya di atas dawai yang dipetik. Petikan ini menghasilkan suara yang ringan dan memungkinkan jari-jari untuk membunyikan beberapa nada secara simultan. Dengan demikian, petikan al ayre lebih sering digunakan untuk membawakan bagian-bagian akor (chordal passages) dan arpeggio (broken chord).


Tingkat ketinggian nada (pitch) diproduksi dengan dua cara dan kombinasi di antara keduanya. Cara pertama adalah sebagaimana telah disinggung dalam pembahasan tentang fingerboard di muka, ketinggian nada-nada dihasilkan dengan cara menempatkan jari-jari kiri pada petak-petak fingerboard dengan gerakan horizontal. Cara kedua adalah dengan petikan jari-jari tangan kanan yang melintasi keenam dawai secara vertikal.


Dawai gitar teratas memiliki tingkat ketinggian nada yang paling rendah, demikian secara berurutan ke bawah memiliki tingkat ketinggian yang lebih tinggi. Dengan demikian, pada cara pertama tingkat ketinggian nada diproduksi dengan gerakan ke kiri untuk memperoleh nada-nada rendah dan ke ke kanan untuk nada-nada atas. Sedangkan pada cara yang kedua, gerakan jari ke atas untuk menghasilkan nada-nada yang rendah dan ke bawah untuk menghasilkan nada-nada yang tinggi.


Gitar Klasik dan Solois


Musik solo untuk gitar klasik secara teknis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni komposisi asli untuk gitar dan hasil adaptasi dari alat musik lain. Komposisi untuk gitar pun ada dua macam, yang pertama ialah yang ditulis oleh komponis gitar, dan yang kedua oleh komponis non-gitar. Walaupun umumnya para komponis gitar pada paruh kedua abad ke-19 adalah gitaris yang andal, sejak permulaan abad ke-20 banyak komponis umum (non-gitar) yang tertarik untuk menulis komposisi asli untuk gitar. Komposisi asli yang ditulis oleh komponis gitar misalnya karya-karya dari Fernando Sor atau Francisco Tarrega. Sedangkan yang ditulis oleh komponis non-gitar misalnya dari Frederico Torroba, Joaquin Rodrigo, dan Manuel de Falla.


Dalam rangka memperkaya repertoar, para gitaris telah banyak melakukan upaya penulisan transkripsi untuk gitar dari instrumen-instrumen lain. Francisco Tarrega (1852-1909) diyakini sebagai gitaris dan juga komponis pertama dalam upaya ini. Hasilnya, berbagai karya besar yang pernah ditulis pada masa itu dan masa-masa sebelumnya seperti dari komponis J.S. Bach, Mozart dan Beethoven, sejak saat itu menjadi bagian dari repertoar gitar.


Dibandingkan dengan jenis gitar yang lain, gitar klasik memiliki perkembangan historis yang lebih panjang dan rumit. Sebab, pada akhirnya gitar klasik berkembang secara terpisah dari gitar-gitar yang lain. Bukan hanya karakteristiknya yang berbeda, tapi juga musiknya yang senantiasa didiskusikan dalam arus besar musik klasik.


Satu kelemahan yang ada pada gitar klasik dibandingkan dengan alat musik lain yakni volumenya yang paling lemah. Kemiripan karakteristik gitar dengan piano tentu saja telah membuat alat musik ini kalah kuat dan kurang produktif dibanding piano. Satu hal lagi kelemahan gitar klasik adalah alat musik ini tidak akan pernah menjadi anggota standar orkestra, kecuali sebagai solois.


Tapi, biar bagaimanapun, keunikan gitar telah menciptakan suatu komunitas khusus di seluruh dunia di mana anggota-anggotanya berkomunikasi melalui berbagai festival dan kompetisi internasional, konser-konser, internet, berbagai jurnal gitar, dan rekaman-rekaman. Dan yang lebih penting lagi, gitar klasik adalah sebuah alternatif instrumen solo yang lebih mudah untuk dipindah-pindahkan (mobile) dan murah di banding piano.


Maestro Andres Segovia


Ada cukup banyak maestro gitar klasik terbaik dari berbagai belahan dunia. Di antara mereka, ada lima legendaris gitar klasik yang paling terkenal, yaitu Andres Segovia, Julian Bream, John Williams, K. Yamashita, dan Sigfried Behrend. Di antara mereka, Segovia adalah yang terpenting karena jasanya yang besar dalam perkembangan gitar masa depan gitar klasik sejak awal abad ke-20.


Andres Segovia (21 Februari 1893 -- 3 Juni 1987) adalah gitaris kelahiran Spanyol yang mendapat julukan sebagai “Bapak Gitar Klasik Modern” karena telah mengangkat citra gitar klasik menjadi alat musik konser terhormat yang sejajar dengan piano dan biola. Sebab, pada masa itu gitar tidak dianggap sebagai alat musik yang layak untuk dipertunjukkan di gedung konser. Dulu, gitar kebanyakan dimainkan oleh kaum gipsi di Spanyol untuk musik dan tarian Flamenco. Banyak musikus yang menilai bahwa sebuah gitar tidak mampu digunakan untuk memainkan karya-karya musik klasik seperti pada piano dan biola.

Namun Andres Segovia membuktikan bahwa musik klasik dapat dimainkan pada gitar sama indahnya seperti pada piano dan biola. Konser pertamanya mengejutkan banyak orang dan sejak saat itu namanya mulai dikenal sebagai gitaris klasik. Dia banyak membuat transkripsi gitar dari repertoar untuk alat musik lain. Karya transkripsinya yang terkenal terutama adalah “Chaconne in D Minor” karya Johann Sebastian Bach yang sangat sulit dimainkan dengan alat musik apa pun. Ia juga bekerja sama dengan beberapa komposer untuk memperluas repertoar khusus gitar klasik. Beberapa komposer pun telah mendedikasikan karya untuknya seperti Joaquin Rodrigo, Federico Moreno Torroba, Heitor Villa-Lobos, dan lain-lain.

Berkat usaha gigih Segovia, kini gitar klasik mendapat tempat terhormat di panggung konser. Sejak saat itu hampir di seluruh dunia tiap sekolah musik mengajarkan gitar klasik sebagai salah satu mata kurikulum.

* dari berbagai macam sumber

No comments:

Post a Comment