Etika Berpolitik
Banyak politisi yang mengejar kekuasaan demi uang, bahkan kekuasaan politik dikejar untuk memperoleh pekerjaan.
Mengejar kekuasaan dengan menghalalkan segala cara ini seperti yang diajarkan pemikir politik barat Nicolo Machiavelli. Machiavelli mengajarkan orang boleh melakukan apa saja untuk memperoleh dan melanggengkan kekuasaan, termasuk melanggar etika dan moral.
Bahkan yang terjadi di parlemen saat ini, tidak akan menghasilkan produk perundang-undangan yang melindungi rakyat. Melainkan hanya untuk berbisnis kepentingan keluarganya atau individu. Jadi jangan banyak harapan, kecuali dalam Pilpres tersebut, rakyat punya agenda jelas untuk menuntut para kandidat membangun kontrak politik yang jelas dan memiliki parameter.
Etika politik sangat penting bagi perpolitikan di Indonesia, mengingat bangsa ini bangsa timur, bukan barat.
Bangsa timur sangat ketal dengan tata nilai, norma-norma dalam kehidupannya. Demokrasi yang dikembangkan juga harus bermoral, sesuai nilai luhur bangsa. Berpolitik tidak sekedar mencari kemenangan, tetapi harus dipikirkan bagaimana bangsa ini maju, rakyatnya sejahtera, ramah terhadap sesama, damai, tidak ada kekerasan dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.
Berpolitik ibarat menari lembut, dipandang enak, menyegarkan dan menghibur, sekaligus ada harapan berupa kepuasan batin dan lahir. Sehingga tidak ada lagi politik sindir-sindiran, atau politikpantun, seperti yang selama ini kita lihat di panggung politik Indonesia.
Saya berharap para kandidat Pilpres 2009 sebaiknya melakukan kampanye yang menyejukan dan menyampaikan program nyata untuk mensejahterakan rakyat. Kampanye pilpres bukan ajang untuk menghujat satu sama lainnya, atau bahkan memprovokasi pendukungnya untuk berbuat anarkis. Kepada aparat keamanan diharapkan selalu waspada dan siap mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi menjelang, saat pelaksanaan dan pasca pilpres 2009.
No comments:
Post a Comment